12 Destinasi
Wisata di Pacitan dengan Kecantikan Alami
Pacitan: kabupaten yang nyempil di
barat daya Jawa Timur ini mungkin belum sempat masuk dalam daftar tempat-tempat
di Indonesia yang ingin kamu tuju. Meski begitu, pesona yang tersembunyi di
sana membuatnya sungguh tak layak kamu pandang sebelah mata.
Setelah Hipwee membahas
potensi wisata yang tersembunyi di Yogyakarta, Bali, Medan, Malang,
dan Banyuwangi,
sudah saatnya kita membedah kecantikan alami kota yang bisa kamu capai dengan
menempuh jarak 100 km dari Solo atau 270 km dari Surabaya ini. Penasaran apa
saja yang bisa kamu temui di tempat kelahiran mantan presiden Susilo Bambang
Yudhoyono ini? Yuk, telusuri di artikel ini!
Bukan tanpa alasan jika Pacitan dijuluki Kota 1001 Goa.
Hanya di sini, perjalananmu ke perut Bumi bisa diiringi musik atau disambut
“Bidadari”.
Topografi Pacitan
didominasi oleh pegunungan karst atau kapur, sehingga daerah ini tak banyak
dialiri air. Tapi sebagai gantinya, ada banyak sekali goa yang tersebar di area
pegunungan ini. Tentu saja, kesempatan bertualang ke perut bumi gak boleh
dilewatkan oleh penjelajah sejati. Ini dia beberapa goa yang pantas untuk kamu
kunjungi:
1. Goa Gong, dengan Sendang Bidadari dan pelita berwarna
surgawi
Goa Gong
Di Desa Bomo, Kecamatan
Punung, ada sebuah goa dengan pemandangan stalagtit yang menakjubkan. Dengan
kedalaman sekitar 700-800 meter, goa ini memiliki 7 ruangan besar yang memiliki
keunikannya masing-masing. Di salah satu ruangan, kamu bisa menemukan Sendang
Bidadari yang airnya jernih. Di ruang lain, ada batu unik yang jika ditabuh
akan mengeluarkan bunyi seperti Gong. Keberadaan batu inilah yang konon menjadi
dasar penamaan goa ini.
Jangan mengira kamu
bakal menemukan goa yang gelap gulita. Untuk masuk ke dalamnya kamu bahkan gak
membutuhkan senter karena di dalam goa sudah terpasang lampu temaram yang
menciptakan warna-warni cantik di dinding goa. Jalan setapak juga sudah
dibangun, lengkap dengan pagar pembatas, biar kamu gak sembarangan menginjak
bagian goa.
2. Goa Tabuhan, memainkan alunan musik dengan stalagtit
dan stalagmit goa
Salah satu penabuh “gamelan” di Goa Tabuan
Tertarik dengan musik
gamelan khas Jawa? Tertarik atau nggak, kamu wajib mendatangi Goa Tabuhan. Goa
ini masih terletak di Kecamatan Punung, gak terlalu jauh dari Goa Gong.
Kedalaman goa ini sekitar 100 meter dan memiliki dua ruangan. Awalnya goa ini
bernama Goa Tapan, karena dulu sering dimanfaatkan orang untuk bertapa. Hmm,
pantas hawanya sedikit mistis.
Yang menarik, di salah
satu sudut goa ada kumpulan stalagtit yang bisa menghasilkan bunyi serupa
gamelan. Oleh kelompok gamelan yang dibentuk dari warga setempat, bunyi-bunyian
ini diubah menjadi orkestrasi nada yang ajaib. Makanya, goa ini berubah nama
menjadi Goa Tabuhan. Keunikan ini pasti gak bakal kamu temukan di tempat lain
deh!
3. Goa Luweng Jaran, perjalanan 48 kilometer ke pusat
Bumi
Menyusuri labirin Luweng Jaran
Masih ingat film tentang
petualangan ke perut bumi yang berjudul Journey to the Center of the
Earth? Goa Luweng Jaran ini memang gak setenar Goa Gong dan Goa Tabuhan.
Tapi, goa ini menawarkan sensai yang gak dimiliki goa-goa lainnya. Di sinilah
kamu bisa menikmati petualangan menuju ke perut bumi kayak di film yang Hipwee sebutkan
tadi.
Goa Luweng Jaran ini
punya lorong yang sangat panjang dan terhubung dengan goa lainnya. Konon,
panjang lorong goa ini mencapai 48 kilometer, lho! Sepanjang goa, kamu bisa
menikmati pemandangan ornamen-ornamen unik yang terbentuk secara alami. Hayo,
beranikah kamu berekspedisi menyusuri lorongnya sampai akhir?
4. Goa Song Terus, di mana kamu bisa bertemu salah satu
manusia tertua di Indonesia: Mbah Sayem, 10.000 tahun.
Kerangka manusia purba di Goa Song Terus
Masih di Kecamatan
Punung, tepatnya di Desa Mendolo Lor, ada sebuah goa yang diyakini menjadi
tempat tinggal manusia purba, yaitu Goa Song Terus. Sejak ditemukannya kerangka
manusia purba berusia 10 ribu tahun pada 1999, goa ini menjadi destinasi utama
para arkeolog untuk meneliti sejarah manusia purba.
Tentu tidak ada yang
tahu nama sebenarnya dari manusia purba ini. Namun, warga sekitar sepakat
menamainya Mbah Sayem. Mbah Sayem sendiri adalah seorang laki-laki berusia
sekitar 40-50 tahun. Ketika ditemukan, ia sedang menggenggam alat batu dan alat
kerja dari tulang.
Tak begitu jauh dari Goa
Song Terus, ada satu goa lain yang juga menjadi tempat bersemayam para manusia
purba: Goa Song Keplek. Di Goa Song Keplek inilah ditemukan berbagai testamen
bahwa manusia sejak dulu bertahan karena kerja keras. Ada artefak seperti
gurdi, lancipan, limas, serta alat-alat serpih lainnya yang terkubur dalam goa.
Karena ini situs
arkeologi yang sangat penting, hati-hati saat melihat-lihat, ya!
Pantai-pantai Pacitan pun memesona. Pernah takjub pada
pantai-pantai di Gunungkidul, Yogyakarta? Pantai Pacitan adalah “kembarannya”
Serupa dengan topografi
di Gunung Kidul, Yogyakarta, Pacitan yang berada di garis pantai selatan Jawa
punya sejumlah pantai yang memesona. Inilah pantai-pantai di Pacitan yang Hipwee rekomendasikan
untukmu:
5. Bagimu yang ingin menjelajahi pantai perawan, Pantai
Srau punya tiga alasan yang membuatnya indah
Pantai Srau
Tersembunyi dan masih
alami, Pantai Srau bisa dibilang adalah salah satu pantai yang paling indah di
Pulau Jawa. Letaknya di Desa Candi, Kecamatan Pringkuku, sekitar 25 km dari
Pacitan. Saat berkunjung kemari, kamu tidak hanya disuguhi satu, melainkan tiga
pantai yang punya kekhasannya sendiri.
Di pantai pertama, pasir
putih sehalus bedak berpadu dengan buih putih dari ombak besar khas pantai
selatan. Pantai kedua, pasirnya lebih kasar dan dikelilingi jejeran batu karang
sehingga kamu bisa bermain air dengan lebih aman. Pantai yang ketiga sedikit
berbeda dengan dua pantai lainnya. Tanpa hamparan pasir, pantai ini berupa
jejeran batu karang yang bisa kamu gunakan untuk duduk sembari menikmati
pemandangan. Seru, kan?
6. Saksikan bagaimana alam memainkan musiknya sendiri
dengan “seruling” di Pantai Klayar.
Pantai Klayar
Penasaran seperti apa
seruling laut di Pantai Klayar? Datang aja langsung ke sini. Pantai ini
terletak di Kecamatan Donorojo, sekitar 45 km dari kota Pacitan. Di sinilah
kamu bisa menemukan seruling laut, keunikan Pantai Klayar yang gak bakal kamu
temui di pantai-pantai lainnya.
Seruling laut ini berupa
batu karang besar yang memiliki celah. Setiap kali ombak besar datang, celah
karang itu memancarkan air ke atas dan menimbulkan bunyi siulan. Selain itu,
ada karang raksasa yang berbentuk mirip Sphinx lho! Oh iya, di sini kamu sama
sekali gak boleh nyebur ke laut, karena ombaknya sangat buas.
7. Ingin berselancar menaklukkan ombak kelas dunia? Tak
perlu ke Bali! Di Pantai Watu Karung pun kamu akan bisa melakukannya
Pantai Watu Karung
Kalau Banyuwangi punya
Pantai Plengkung alias G-Land yang menjadi Hawaii-nya Indonesia,
Pacitan juga punya pantai yang gak kalah keren lho. Terletak di daerah
Pringkukung, pantai ini memang agak tersembunyi dan sulit dijangkau. Namun
jangan khawatir, segala jerih payahmu untuk mencapainya akan terbayar dengan
pemandangan pulau karang, air laut yang kehijauan, serta pantai yang bersih
dengan pasir putih yang lembut.
Sambil menikmati
pemandangan surga, kamu bisa menyantap ikan segar hasil tangkapan nelayan di
pantai ini. Yang lebih penting, pantai ini punya ombak kelas dunia yang sangat
menantang bagi penggemar selancar. Para surfer bisa dengan leluasa membelai
ombak bertipe barrel dan reef break yang
memicu adrenalin.
8. Di Pantai Banyu Tibo kamu bisa menjadi
saksi fenomena alam yang lain: bertemunya air laut dan air tawar.
Pantai Banyu Tibo
Banyu
tibo mempunyai makna ‘air jatuh’. Ya,
pantai berpasir putih ini dinamai demikian karena keberadaan air terjun mungil
yang terletak tepat di bibir pantai. makanya, meski di pantai, kamu tetap bisa
menikmati segarnya air tawar yang tumpah dari air terjun. Ya, puas-puaskan
bermain di pantai dan sebelum pulang ke rumah, basuh rasa lengket di tubuhmu
dengan air terjun itu. Tak ingin berenang atau basah-basahan? Kamu cukup duduk
di atas batu-batu karang di sekitar pantai sembari menikmati pemandangan.
Pantai Banyu Tibo
terletak di Desa Widoro, Kecamatan Donorejo, masih segaris dengan Pantai
Klayar. Jika mau menikmati pantai ini, datanglah saat surut pada pagi atau sore
hari. Jika pasang tiba, tempat ini tak akan bisa dinikmati karena pantainya
tergolong sempit.
Daya tarik utama Kabupaten Pacitan memang goa dan
pantainya yang cantik alami. Namun, masih ada kejutan-kejutan lain yang akan
membuatmu selalu ingat tempat ini.
9. Tak banyak yang tahu bahwa Pacitan punya Green
Canyon-nya sendiri. Telusuri aliran Sungai Maron yang jernih dan tenang.
Sungai Maron
Gak cuma Jawa Barat yang
punya Green Canyon, Pacitan juga punya, lho. Lokasinya sendiri di
Desa Dersono, Pringkuku, 45 menit dari pusat kota Pacitan.
Sungai Maron menawarkan
pemandangan hijau di kiri-kanannya, dengan rimbun pohon jambu dan pohon kelapa.
Seru banget mendayung perahu menyusuri sungai ini, gak kalah deh sama Sungai Cigenter di
TN Ujung Kulon. Minus ular dan buaya, tentunya.
Sungai Maron adalah
sungai yang vital bagi Desa Dersono dan Desa Sendang. Makanya, sungai ini
terlihat bersih dan asri karena menjadi sumber air dan habitat alami ikan air
tawar yang bisa dimanfaatkan warga desa. Yang menarik, di sungai ini sering
diadakan lomba dayung setiap tahunnya. Lomba ini untuk senang-senang dan
tertawa-tawa saja, bahkan banyak peserta yang ujung-ujungnya malah tercebur
sungai dan bukannya berkonsentrasi untuk menaklukkan garis finish.
Kamu pun bisa ikutan kalau mau!
10. Tahukah kamu Jenderal Sudirman pernah bergerilya
keluar-masuk hutan selama 7 bulan di Pacitan dengan kondisi sakit-sakitan?
Hargai perjuangan pahlawan paling badass itu di Monumen
Jenderal Sudirman
Monumen Jendral Sudirman
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghormati jasa pahlawannya.” — Soekarno
Benar banget apa yang
dikatakan Bung Karno pada pidatonya di Hari Pahlawan 10 November 1961. Pacitan
memang punya segudang pesona alam yang mengagumkan. Tapi, jangan sampai kamu
terlewatkan untuk mampir ke obyek wisata sejarah yang dimiliki Pacitan: Monumen
Jenderal Sudirman.
Monumen ini berdiri
megah di Pakis Baru, Kecamatan Nawangan. Di tempat inilah dulu Jenderal
Sudirman mendirikan markas dan menentukan strategi gerilya. Jangan dibayangkan
monumen yang kuno dengan arsitektur ala Orde Baru! Kamu bisa menikmati diorama
yang diukir dengan apresiasi tinggi terhadap seni; menaiki tangga-tangganya
yang berjumlah 70 buah (17 + 8 + ’45 = 70); atau sekadar santai-santai bersama
teman di halamannya yang lapang.
Masuki tempat ini dan
melayanglah ke masa lalu, saat kemerdekaan sedang diperjuangkan. Hey, kamu juga
bisa mengunjungi bedek (rumah bambu) persembunyian Jenderal
Soedirman, yang masih terawat dengan baik dan terletak tak jauh dari lokasi
monumen.
11. Setelah menyusuri goa belasan kilometer jauhnya,
membangun kastil-kastil dari pasir, mengayuh perahu sepanjang sungai, dan
menaiki 70 tangga Monumen Sudirman, obati rasa lelahmu dengan berendam air
hangat di Tirto Husodo.
Pemandian Banyu Anget
Mengeksplorasi obyek
wisata di Pacitan memang seru, tapi bikin pegal juga. Nah, biar capekmu hilang,
berendam aja di Pemandian Tirto Husodo yang mempunyai sumber air panas dari
perbukitan kapur.
Terletak di Desa
Karangrejo, Kecamatan Arjosari, tempat ini bisa ditempuh sejauh 15 km ke utara
kota Pacitan. Cukup bisa dijangkau dengan mobil, apalagi jalan kesana sudah
diaspal dan terbentang lebar — sehingga mobilmu akan mudah melewatinya.
Air panas dari Pemandian
Tirto Husodo mengalir langsung dari sumber alaminya. Agar bisa dinikmati
pengunjung, air mendidih yang terkumpul di kolam utama akan dicampur dengan air
dingin di tiga kolam lainnya. Nah… jadi jangan sampai kamu menyentuh air di
kolam utama, ya.
Ah, betapa nikmatnya
berendam air panas dikelilingi hijaunya perbukitan. Apalagi, tempatnya asri dan
menenangkan. Dijamin capekmu hilang, deh!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar